10.5.09

Gunung Kapur di Kecamatan Babat


Gunung Kapur Pucakwangi, Guru para Pemanjat Tebing

Satu pijakan saja yang menumpu tubuh Akbar, sementara tangan kirinya meraba-raba permukaan tebing yang lain berusaha mencari pegangan. Karena lelah bertahan, tubuh Akbar pun terempas dan membentur sisi tebing bagian bawah yang agak teras. Kakinya terluka, namun tidak seberapa besar.

Akbar tidak menyerah. Semangatnya terus menggeliat. Ia mencoba lagi mencapai puncak tebing 125 di kawasan pegunungan kapur Pucakwangi, Kecamatan Babat. Lima langkah lagi ke atas, puncak tebing pun berhasil disentuhnya.

Ini kisah pemanjatan pertama Akbar di tebing gunung kapur Pucakwangi. Tebing ini memang cocok untuk berlatih panjat tebing bagi pemula seperti Akbar. Karakteristik batuannya yang kapur dan cacat tebingnya yang besar-besar, memudahkan pemanjat pemula untuk berlatih. Ketinggiannya yang hampir seratus meter memang membuat nyali agak ciut. Namun, puncak tebing tetap memancing penasaran para pendakinya.

Bagi mereka yang sudah terlatih, masih ada beberapa rute pemanjatan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Umumnya, panjang rute hanya belasan meter, dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, dari 5.10 sampai 5.13 menurut ukuran panjat tebing. Rute-rute seperti ini kebanyakan jadi tempat berlatih atlet panjat tebing yang sering mengikuti event kejuaraan, jadi semacam rute sport climbing. Poster, Rockstar, dan Cobra adalah nama-nama rute pemanjatan di tebing 125 Pucakwangi.

Mau rute pemanjatan yang lebih tinggi juga ada dan tidak sesulit seperti rute sport climbing. Tingginya hampir seratus meter dan menggunakan sistem multipitch, pemanjatan tebing yang terbagi dalam beberapa lintasan sampai puncaknya dalam satu tim. Untuk pemanjatan multipitch disarankan membawa pengaman panjat tebing yang agak banyak, sebab setiap menambah ketinggian kita harus memasang pengaman sendiri. Kalau pada rute sport climbing, beberapa pengaman permanen (Hanger) sudah terpasang mantap di sana. Kita tinggal menggunakannya saja.

Para pengunjung tebing Pucakwangi kebanyakan dari Bandung, mungkin karena letaknya yang hanya satu jam perjalanan dari kota kembang itu. Namun, beberapa ada juga yang datang dari Jakarta dan Bogor. Selain atlet-atlet panjat tebing, sebagian yang sering memanjat di Pucakwangi berasal dari kalangan pencinta alam. Sampai-sampai novelis Ayu Utami ikutan manjat di Pucakwangi untuk merampungkan sebuah novel yang kabarnya bercerita tentang pemanjat tebing. Umumnya, sepatu-sepatu panjat mereka yang berwarna cerah menghiasi tebing kapur yang berwarna kapur monoton itu di waktu akhir pekan. Bahkan, karena ramainya para pemanjat kadang harus mengantre giliran untuk memanjat.

Seperti daerah pegunungan kapur lainnya, Pucakwangi kering dan panas. Hampir-hampir tidak ada pohon tempat berteduh, hampir sama dengan kawasan gunung kapur Ciampea dan Kelapa Nunggal Bogor tempat nongkrong pemanjat-pemanjat dari Jakarta dan Bogor. Tapi sekarang jangan takut kepanasan lagi kalau memanjat di sana. Beberapa waktu lalu teman-teman dari klub panjat tebing Skygers sudah membuat saung-saung kecil yang dapat menghindari kulit berubah legam. Katanya, biar tebing Pucakwangi semakin nyaman buat manjat dan semakin ramai.

Sangat sayang kalau satu dua hari saja berkunjung ke Pucakwangi untuk panjat tebing. Paling enak, berhari-hari di Pucakwangi terbenam dalam tarian-tarian vertikal panjat tebing sampai otot-otot lengan tak kuasa lagi menggenggam tebing, jadi puas dibuatnya. Soal menginap, jangan takut tidak kebagian tempat bermalam. Kita bisa menumpang di saung yang jadi base camp anak-anak Skygers kalau mau, teman-teman pemanjat di sana ramah-ramah. Selain itu, kita juga bisa bagi-bagi ilmu panjat tebing.

Bisa dibilang, kawasan gunung kapur Pucakwangi merupakan kompleksnya panjat tebing di Kecamatan Babat, meskipun mungkin tidak sebagus kompleks pemanjatan tebing di Toraja, Sulawesi sana. Selain tebing 125, di kawasan ini masih ada beberapa tebing lagi yang biasa jadi ajang berlatih para pemanjat seperti tebing 48 dan tebing 90. Nama-nama tebing itu diberikan para pemanjat dengan menunjuk pada ketinggiannya. Dipilihnya kawasan ini sebagai tempat memanjat karena memang batuannya yang kapur sangat baik untuk panjat tebing selain granit dan limestone.

Seperti memanjat di tempat lain, memanjat di tebing Pucakwangi juga ada etikanya. Etika berarti aturan main yang harus dihormati oleh suatu komunitas, dalam hal ini berlaku untuk komunitas pemanjat tebing. Menghormati masyarakat setempat, menghormati sesama pemanjat, tidak merusak tebing dan tidak menimbulkan erosi lingkungan adalah etika yang harus dihormati kalau mau manjat di tebing Pucakwangi. Demikian tulis sebuah papan pengumuman di kaki tebing yang memuat pasal-pasal aturan main itu.

Sepele mungkin soal etika ini, tapi melanggarnya bisa sangat menyinggung pemanjat yang lain. Kalau sudah begini, panjat tebing jadi tidak asyik lagi. Tidak percaya? Pemanjat top Amerika, Ron Kauk pernah membawa gaya modern dalam membuat jalur pemanjatan ke Yosemite National Park yang masih memegang teguh konservasi alamnya. Ketika bertemu dengan John Bachar, pemanjat lokal yang masih memegang teguh gaya tradisional, pukul-pukulan di antara keduanya tak bisa dihindarkan. Perkara pun selesai di Pengadilan. Sayang, panjat tebing di Indonesia belum serius menaruh perhatian pada etika.

Tinggal Kenangan

Ternyata, pegunungan kapur Pucakwangi yang terletak di sebelah Selatan Kecamatan Babat tidak hanya menarik minat para pemanjat tebing, tapi juga pengusaha penambang kapur. Puluhan pabrik kapur dan marmer berjejer di sepanjang jalan yang menjadi pintu gerbang ke arah Tuban itu. Bahkan, beberapa gunung kapur ada yang tinggal setengahnya, habis ditambang sejak seabad lalu.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan para pemanjat tebing yang biasa mangkal di Pucakwangi. Penambangan kapur dengan menghancurkan gunung kapur yang sudah dimulai dari arah Sumur Alas Bojonegoro, cepat atau lambat akan berujung pada penghancuran tebing-tebing tempat para pemanjat berlatih. Menurut Tedy, pentolan klub panjat tebing Skygers, sudah ada pengusaha yang memiliki izin untuk menambang tebing 125 Pucakwangi. “Tinggal menunggu waktu saja,” begitu katanya.

Bisa dibilang, perkembangan panjat tebing di Indonesia mulainya dari tebing-tebing kapur Pucakwangi. Sederet nama-nama pemanjat tebing legendaris memulai prestasinya setahap demi setahap di tempat ini. Bahkan, beberapa pemanjat top Prancis yang diundang Kantor Menpora tahun 1988 dulu sempat menularkan ilmunya kepada pemanjat-pemanjat Indonesia di Pucakwangi. Jadi secara historis, tebing kapur Pucakwangi juga punya arti bagi panjat tebing Indonesia.

Sekarang, usaha-usaha para pemanjat itu di Pucakwangi sudah menuai menyejajarkan nama Indonesia dengan negara-negara lain. Bukan hanya itu, para pemanjat adventure yang biasa melakukan ekspedisi panjat tebing pun punya prestasi karena ketekunannya berlatih, salah satunya di tebing Pucakwangi. Tapi sayang, kalau kekhawatiran para pemanjat kita mengenai kehancuran tebing Pucakwangi sampai terjadi, maka tebing Pucakwangi hanya akan jadi tinggal kenangan.

9.5.09

Potensi Sandang di Lamongan

Kabupaten Lamongan ternyata bukan hanya kaya ragam olah makanan seperti Wingko babat, Solo, Tahu Campur dan masakan­masakan Sea Food saja, tetapi juga kaya kazanah budaya sandang dengan berbagai aksesorinya.

Secara tradisional telah lama berkem­bang produksi sarung dan tenun ikat Parengan di Kecamatan Maduran, batik tulis di Desa Sendangagung dan Sendang-duwur Paciran, kerajinan bordir menyebar di Desa Sendang­agung, Sendang­duwur, Tunggul dan Paciran Kecamatan Paciran, Desa Banjamadu Karanggeneng, Desa Tanggung­prigel, Wangen dan Sudangan Kecamatan Glagah, Bogobabadan, Watangpanjang dan Banyu Urip Kecamatan Karangbinangun.

Kerajinan Bos Kopiah juga berkembang di Desa Putatkumpul dan Pomahanjanggan Kecamatan Turi, Bojoasri dan Pengangsalan Kecamatan Kalitengah, Karangturi dan Meluwur Kecamatan Glagah. Untuk kerajinan tikar karpet terdapat di Desa Jatirenggo dan Jotosanur Kecamatan Tikung dan Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan. Kemudian kerajinan tas anyaman plastik dan tas imitasi berkembang di Desa Turi dan Pomahanjanggan Kecamatan Turi serta Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan, sedangkan tas enceng gondok berkembang pesat di Desa Pel')guml;>ulanadi Kecamatan Tikung dan Kelurahan Sidoharjo Lamongan.

Industri rumah tangga konveksi berkembang pesat di Desa Tri Tunggal Kecamatan Babat yang memproduksi berbagai jenis kaos, kostum olah raga, jakel, taplak meja, baju tidur dan seragam sekolah. Pemasarannya telah meliputi wilayah Jawa Timur, Solo, Jogja, Bali dan Kalimantan. Potensi Desa Tri Tunggal ini dikembangkan menjadi kawasan sentra industri konveksi yang prospektif, apalagi lokasinya yang strategis di tepi jalan raya Surabaya-Babat­Jakarta.

Fonenomena Batik dan Bordir Sendang

Fungsi utama pakaian sebagai penutup aurot, ternyata daIam perkembangan budaya modern mempunyai makna yang lebih dalam. diantaranya mempengaruhi estetika, prestise dan kondisi kultural dari peradaban man usia. Orang akan tampil bed a dengan penampilan melalui busana yang dikenakan.

Watak artistik ini mendorong penciptaan tekstil lebih mengutamakan unsur ragam hiasan dari pada fungslnya pelindung badan. Kain palos dianggap belum sempurna sebagai bahan sandang karena tidak menyampaikan pesan artistik

Pada hari-hari besar, resepsi-resepsi, hari-hari istimewa orang cenderung mengubah penampilannya dengan memakai busana dengan desain tertentu. Dengan penampilan pakaian yang berbeda itu, marta bat orang akan terangkat sesuai dengan nilai-nilai budaya yang sedang berkembang. Gejala sosial ini ditangkap perancang grafis batik dan bordir Sendang Lamongan dengan mencari kreasi dan inovasi baru baik motif, corak maupun jenis kain dasarnya sehingga dapat mengikuti selera pasar.

Di Desa Sendangduwur dan Desa Sendangagung Lamongan terdapat ratusan pengrajin batik Sendang. Di desa ini juga terdapat kerajinan konveksi bordiran dan kerajinan emas yang telah lama berkembang secara tradisional. Bahkan pada tahun 1991 pengrajin emas H. Kusnan mendapatkan penghargaan Upakarti dari Presiden RI, kemudian pengrajin batik tulis dan bordir ibu Sumikah juga mendapatkan Upakarti tahun 1992.

Produk-produk hiasan bordir Sendang yang dipasarkan beraneka ragam. Mulai dari blouse, rok, rompi dan kerudung. Busana muslimpun tidak ketinggalan untuk dihiasi dengan bordir. Busana bordir yang dipadukan dengan payet-payet menambah nilai artistik dan menunjukkan budaya pemakainya.

Kualitas busana bordiran produksi Desa Sendang sebenarnya tidak kalah bila dibanding produksi Tasikmalaya, sehingga dengan dibangunnya obyek wisata berskala internasional Jatim Park II - WBL Tanjung Kodok yang berlokasi bersebelahan Desa dapat menjadi etalase dan pintu gerbang pengembangan promosi, produksi dan pemasaran dengan dunia luar. Potensi Desa ini dapat berkembang menjadi kawasan sentra industri kerajinan batik.

Bordiran Sendang Lamongan merupakan sebuah seni yang memadukan dekorasi sulaman pada kain. Motif dan corak hiasan bordir bukanlah sekedar hiasan belaka. tetapi mengandung arti sejarah dan budaya.

Sebagai daerah pesisiran, motif-motif sandang produk tradisional Lamongan seperti batik tulis Sendang dan Tenun Ikat Parengan mempunyai corak dan motif khas yang kaya gimbal-gimbal pesan dalam grafis desainnya, seperti sketsa ikan, perahu, titik-titik buih ombak, pepohonan, bunga dan sebagainya.

Kekuatan dan keunggulan desain tekstil tradisional teletak pada nilai simbolik atau nilai ritual. Para perancang motif dan pembatik menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan cara simbolik, termasuk kostumnya dengan desain tekstil. Simbol itu terekspresikan lewat bentuk, motif dan warna, dan ternyata memiliki nilai estetika yang tinggi. Disana ada goresan hati, sketsa jiwa dan warna­warni kehidupan. Motif dan corak batik hakekatnya dapat menjadi sebuah cermin jiwa perancang dan pemakainya.

Potensi batik tradisional dan hiasan bordir Sendang apabila dimanajemeni dengan baik dapat berkembang menjadi sebuah industri besar yang menghasilkan.

Menghadapi persaingan pasar tekstil modern, tekstil tradisional mempunyai peluang besar untuk berkembang, asal mau menciptakan desain-desain modern. Dalam kaitan ini desain tradisional dapat kita fungsikan sebagai bahan modifikasi, inovasi dan inspirasi dari desain modern, sehingga menjadi produk sandang yang memiliki standard (Ekonomi).

Sentra Tanaman Hias


LAMONGAN - Seperti suasana di Malang. Itulah kesan pertama yang disampaikan Bupati Lamongan Masfuk saat menyusuri deretan sejumlah 32 stan di Sentra Pedagang Tanaman Hias Lamongan bersama Wabup Tsalits Fahami dan Sekkab Fadeli.

Sentra yang berada di sisi Selatan jalan Sumargo Kota Lamongan saat ini memang terlihat beda. Lebih asri, bersih dan indah berhiaskan beragam tanaman hias.
Dulunya lokasi ini hanyalah seperti jalanan di Kota Lamongan lainnya, tidak ada yang istimewa. Kecuali adanya satu pohon trembesi besar di depan Lembaga Pemasyarakatan yang menjulang setinggi bangunan dua lantai meneduhi sebagian besar sisi jalan.
Kini di sepanjang jalan itu berjejer beragam tanaman hias baik impor maupun lokal. Bonsai dan tanaman buah seperti sawo juga menjadi alternative pilihan di sentra itu.
Menurut Ketua Paguyuban Padang Bulan Syaiful Bakhri, sebuah perkumpulan pedagang tanaman hias di Lamongan, cikal bakal sentra ini berawal dari dibentuknya paguyuban Padang Bulan pada 10 Juni 2008 lalu. Terbentuknya paguyuban ini kemudian ditindaklanjuti dengan rencana penataan pedagang tanaman hias dalam satu lokasi bersama Bagian Lingkungan Hidup (sekarang Badan Lingkungan Hidup).
“Rencana penataan pedagang tanaman hias ini mendapat respon positif dari Bapak Bupati (Masfuk) hingga akhirnya pedagang diberikan lokasi di jalan Sumargo ini dengan bentuk Sentra Pedagang Tanaman Hias,“ kata Syaiful Bakhri.
Tasyakuran di sentra yang ditempati 4 stan tanaman bonsai, 2 stan tanaman buah dan 26 stan tanaman hias serta tanaman pelindung tersebut, itandai dengan pemotongan tumpeng oleh Masfuk yang diberikan kepada Syaiful Bakhri. Sebuah tanaman hias jenis puring kura yang merupakan tanaman impor dari Thailand juga diberikan pada Masfuk pada kesempatan itu.
Dalam sambutannya, Masfuk berharap agar sentra tanaman hias ini nantinya akan semakin berkembang. Sehingga selain memberi penghasilan pada pedagang, juga bisa mempercantik wajah kota. Dia berharap sentra ini dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dikatakannya, Pemkab Lamongan memberi perhatian lebih pada pelestarian lingkungan hidup.
“Satu pohon saja yang dirusak, saya tahu,“ ujar Masfuk. Bukti perhatian pada lingkungan hidup ini Lamongan dua tahun berturut-turut meraih Piala Adipura. Masfuk juga menyampaikan kepada sejumlah masyarakat yang hadir, pelestarian lingkungan hidup tidak bisa dilakukan pemerintah saja. Keguyuban masyarakat juga dibutuhkan.
“Hanya dengan kecintaan pada Lamongan saja yang bisa wujudkan pelstarian lingkungan hidup. Ini sudah ditunjukkan masyarakat Lamongan sehingga Adipura bisa diraih,“ kata Masfuk.(Humas & Infokom). Sumber Jawapos.

Wisata Religi (Makam Sunan Drajat)


Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama islam di desa Drajad sebagai tanah perdikan dikecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari surabaya maupun Tuban lewat Jalan Dandeles ( Anyer – Panarukan ), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaran pribadi.

Sejarah singkat
Sunan Drajat bernama keci I Syari­fuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau me­ngambil tempat di desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Beliau memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun.

Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal sosiawan sangat memperha­tikan nasib kaum fakir miskin, terle­bih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan ajaran. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.
Usaha kearah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempu­nyai otonomi.

Sebagai penghargaan atas keberha­silannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak I pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.
Wewarah pengentasan kemiskinan Sunan Drajat kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
1. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah. (dalam perjalanan untuk mencapai cita – cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu – nafsu)
5. Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita – cita luhur).
6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir bathin hanya bisa kita capai dengan sholat lima waktu)
7. Menehono teken marang wong kang wuto,
Menehono mangan marang wong kang luwe,
Menehono busono marang wong kang wudo,
Menehono ngiyup marang wongkang kodanan.

Maksudnya :
Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, .
Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin,
Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu,
serta beri perlindungan orang yang menderita.

Selain itu dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa – sisa gamelan Singomeng­koknya Sunan Drajat kini tersimpan di Musium Daerah.

Untuk menghormati jasa – jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-­banda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Daerah Lamongan mendirikan Musium Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam. Musium ini telah diresmikan oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Timur tanggal 1 maret 1992.

Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, SH untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangu­nan Gapura Paduraksa senilai Rp. 98 juta dan anggaran Rp. 100 juta 202 ribu untuk pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat yang diresmikan oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993. Pada tahun 1993 I 1994 pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paseban, bale rante serta Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari 1994.

Wisata Bahari Lamongan


Tanjung Kodok kini telah berubah wajah. Tempat yang dulunya boleh dibilang sepi dikunjungi wisatawan, sekarang telah berubah menjadi salah satu objek wisata andalan Jawa Timur. Sebuah kawasan wisata tahap awal seluas 17 hektar telah dibangun guna memenuhi kebutuhan sarana hiburan bagi keluarga Jawa Timur maupun dari seluruh wilayah Indonesia. Kawasan wisata itu dikenal dengan nama Wisata Bahari Lamongan atau Jatim (Jawa Timur) Park II, yang merupakan "saudara kandung" dari Jatim Park I yang berlokasi di kota administratif Batu - Malang. Kawasan wisata ini sepintas memiliki konsep tak jauh beda dengan Pantai Ancol - Jakarta. Berbagai sarana hiburan atau permainan tersedia dan bertebaran dilokasi ini. Aneka wisata yang tersedia diantaranya adalah: Banana Boat, Jetski, Permainan Air, Sarang Bajak Laut, Playground, Circuit Go Kart, Bumpers Boat,

Planet Kaca, Space Shuttle, Rumah Sakit Hantu, Goa Insectarium, Rumah Kucing, Galeri Kapal & Keong. Sebuah kolam renang yang cukup luas lengkap dengan permainan air tersedia juga disini siap menghibur pengunjung untuk berenang maupun sekedar bermain air. Pasir pantai yang berbutir halus dan berwarna putih kecoklatan juga bisa digunakan untuk berbagai permainan maupun olahraga pantai. Hal yang sangat beda dibandingkan Pantai Ancol - Jakarta adalah warna lautnya yang lebih biru, sungguh enak dipandang dan dinikmati.dari tepian pantai.

Tiket masuk dibagi dalam dua harga yakni 25.000 dan 40.000 untuk tiap pengunjung. Harga tersebut merupakan tiket terusan untuk menikmati berbagai fasilitas yang ada, tanpa perlu membayar lagi.

Bedanya, tiket dengan harga 40.000 telah mencakup semua fasilitas sedangkan yang 25.000 hanya mencakup beberapa objek saja. Dibagian luar, berbagai tempat belanja khas Jawa Timur dalam bentuk souvenir shop juga telah disediakan, termasuk juga pasar ikan, buah dan sayur serta pasar hidangan yang dibuka mulai pukul 09:00 pagi hingga pukul 21:00. Area parkir mobil yang ada cukup luas, siap menampung berbagai jenis kendaraan yang hendak datang berkunjung.

Pembangunan hotel berbintang tiga dengan kapasitas 50-60 kamar tengah disiapkan dan hampir selesai dibangun. Disamping itu, sebuah hotel dengan kapasitas 500 pengunjung disiapkan pula sebagai barak penginapan dimana pengunjung bisa menginap lima sampai 15 orang sekaligus dalam satu kamar. Rata-rata pengunjung berasal dari daerah-daerah yang ada di Jawa Timur seperti Tulungagung, Nganjuk, Kediri dan Blitar. Pengunjung yang datang semakin berkembang dengan trend terakhir kunjungan wisatawan domestik berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakartasemakin meningkat. Saat libur lebaran 2005, tak sedikit kendaraan dengan plat nomor kendaaran mobil daerah Jawa Barat, (Jakarta, Bandung, Bogor) ikut memenuhi area parkir kawasan ini. Suatu hal yang membuktikan bahwa kawasan wisata ini telah semakin dikenal oleh pengunjung dari berbagai tempat di Indonesia.

Kurang lebih 200 meter dari objek Wisata Bahari Lamongan, terdapat pula objek gua alam yang cukup terkenal di Indonesia, yakni Gua Maharani. Rencananya objek wisata ini kelak akan disatukan dan menjadi bagian dari satu paket wisata bahari. Sebuah jaringan kereta gantung kelak akan menjadi sarana penghubung antar keduanya. Tentunya hal ini akan semakin menambah daya tarik dan keuntungan sendiri bagi pemerintah daerah setempat baik berupa pemasukan dalam bentuk uang, maupun lapangan kerja. Mengingat dari 380 pekerja yang ada 60 persen diantaranya adalah pemuda Lamongan lulusan SLTA dan perguruan tinggi.

Tanjung Kodok memang telah berubah, lokasi yang dulunya terkenal sebagai salah satu tempat melihat kemunculan bulan baru (hilal) sebagai penanda awal bulan Syawal - Lebaran Idul Fitri, kini telah bertambah lagi menjadi suatu kawasan yang memiliki berbagai fasilitas wisata. Sebuah tulisan dekat pintu masuk terpampang jelas berisi "Setiap tahun, kami menambah tiga fasilitas wisata baru", nampaknya semakin menunjukkan bahwa objek wisata ini akan terus berkembang. Dan itu berarti karang batu yang meyerupai kodok (dasar penamaan lokasi ini - Tanjung Kodok), tidak lagi sendirian duduk ditepi pantai menghadap lautan lepas, karena tepat dibelakangnya, telah berdiri objek wisata terkemuka di Jawa Timur, Wisata Bahari Lamongan.

Umum_Lamongan






Jawa Timur

Lamongan

1.812,80 km²


1.365.402 (31 mei 2005)

682 jiwa/km²


27

476/12

-

-

{{{hari jadi}}}

H.Masfuk, SH

0322

Kabupaten Lamongan

Kabupaten Lamongan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Lamongan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Gresik di timur, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang di selatan, serta Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di barat.

Pembagian administrasi

Kabupaten Lamongan terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Lamongan.

Geografi

Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pantai utara Jawa Timur. Sebagian kawasan pesisir berupa perbukitan. Formasi ini merupakan kelanjutan dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Di bagian tengah terdapat dataran rendah dan bergelombang, dan sebagian tanah berawa. Di bagian selatan terdapat pegunungan, yang merupakan ujung timur dari Pegunungan Kendeng. Bengawan Solo mengalir di bagian utara.

Transportasi

Kabupaten Lamongan dilintasi jalur utama pantura yang menghubungkan Jakarta-Surabaya, yakni sepanjang pesisir.Jalan ini sendiri melewati kecamatan Paciran yang memiliki banyak tempat pariwisata. Kota Lamongan sendiri juga dilintasi jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Babat merupakan persimpangan antara jalur Surabaya-Semarang dengan jalur Jombang-Tuban.

Lamongan juga dilintasi jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa. Stasiun terbesarnya adalah di Lamongan dan Babat.

Bis yang beroprasi pada jalur tuban Jombang dan Malang menggunakan bus yang bernama Puspa Indah untuk tujuan Malang dari Babat naik Puspa Indah jurusan Jombang, turun di terminal Jombang duteruskan lagi naik bus Puspa Indah jurusan Malang, jadi rute ke Malang membutuhkan operan sebanyak 2 kali dan waktu yang lama.

Ekonomi

Pertanian merupakan sektor perekonomian yang dominan di Kabupaten Lamongan. Daerah pesisir merupakan kawasan nelayan dan tambak. Lamongan termasuk salah satu kabupaten yang tergabung dalam kawasan perkembangan Gerbangkertosusila.ekonominya juga di topang dari jalur perdagangan. yaitu kota babat sebagai persimpangan dari berbagai penjuru. Dan kini sukodadi mulai menyusul dalam bidang ekonomi.

Pariwisata

Lamongan memiliki sejumlah obyek wisata menarik. Di daerah pantai terdapat obyek wisata Monumen Van der Wijck, Waduk Gondang, Pantai Tanjung Kodok, dan Wisata Bahari Lamongan/Jatim Park-2. Gua Maharani terletak di Kecamatan Paciran, di tepi jalur utama pantura (jalan Raya Daendels dengan sebutan jalan Anyer - Panarukan), merupakan gua kapur yang sangat indah. Tak jauh dari Gua Maharani, terdapat Makam Sunan Drajat dan Makam Sunan Sendang Duwur, yakni penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Kedua makam tersebut memiliki arsitektur yang sangat dipengaruhi oleh Majapahit. Di dekat kompleks makam terdapat Museum Sunan Drajat.

Rupa-rupa

Lamongan dikenal memiliki makanan khas, yang cukup populer dan dapat dijumpai di berbagai daerah di Jawa Timur, misalnya Soto Lamongan, Nasi Boranan, Tahu tek, dan Tahu campur lamongan. Wingko Babat adalah makanan ringan khas dari Babat. Selain itu ada makanan khas dari daerah Paciran yang disebut dengan Jumbreg, selain Jumbreg Paciran juga merupakan daerah penghasil buah siwalan muda yang biasa disebut Ental dalam bahasa jawa.